Senin, 07 Desember 2015

TEKS OPINI / EDITORIAL

     Teks opini/editorial adalah teks yang tergolong teks ekposisi berisi pendapat / argumentasi. Dalam teks opini, seseorang bebas menuangkan pandangannya terhadap suatu persoalan. Dalam mengungkapkan pendapat atau pikiran harus dilengkapi dengan penunjang dan alasan yang masuk akal.
     Teks opini dibedakan atas : opini analitis dan opini hortatoris.
1. Teks opini analitis berkenaan dengan konsep atau teori tentang sesuatu.
2. Teks opini hortatoris berkenaan dengan tindakan yang perlu dilakukan atau kebijakan yang
     perlu dibuat.

Teks opini/editorial mempunyai struktut :

A. Paragraf awal berisi : PERNYATAAN PENDAPAT (Thesis statement) yang berisi topik
     yang dikemukakan
B. Paragraf selanjutnya berisi : ARGUMENTASI  (arguments) yang berisi pandangan
      terhadap persoalan yang dikemukakan dengan meyakinkan pembaca bahwa apa
      yang dikemukakan  itu benar.
C. Paragraf akhir berisi : PERNYATAAN ULANG PENDAPAT ( reiteration)
     yang berisi penegasan kembali pendapat yang telah dikemukakan agar pembaca semakin
     yakin dengan pandangan penulis.

Teks opini/editorial mempunyai fungsi sosial yaitu :
- memberi tahu
- memengaruhi
- meyakinkan
- menghibur

Contoh Teks Opini/editorial

Menjual Sembari Menjaga Nirwana

       Indonesia adalah surga sekaligus kisah nyata, bukan isapan jempol belaka atau romantisme dari masa lalu. Ada begitu banyak tempat indah yang tersembunyi dan masih perawan. Sayangnya, tempattempat itu belum digarap serius sebagai tujuan wisata. Jangankan membuat program wisata yang kreatif, membangun prasarananya saja kerap tidak dilakukan pemerintah.
     Dalam beberapa tahun terakhir, bahkan keindahan sejumlah tempat terancam oleh eksploitasi alam yang salah dan serakah. Padahal, dengan pariwisata, daerah bisa mendapatkan penghasilan sekaligus memelihara alam selingkungannya.
     Di kepulauan Togean, Sulawesi Tengah, ironi itu terpampang nyata. Kepulauan itu memiliki pantai-pantai molek, laut yang bening dan tenang, serta ikan berwarna-warni yang menyelinap di antara terumbu karang indah. Menjelang senja, matahari menjadi bola merah yang ditelan laut jingga. Namun, di sana juga berlangsung perusakan alam yang kerap didukung para politikus. Mereka datang hanya pada saat kampanye untuk memancing suara, bahkan mempersilakan para nelayan mengebom terumbu karang. Keinginan pemerintah pusat menjadikannya sebagai taman nasional ditentang justru oleh pemerintah daerah.
       Di Mentawai, Sumatera Barat, lain lagi yang terjadi. Kepulauan ini memiliki ombak terbaik untuk berselancar. Di dunia ini hanya ada tiga tempat yang memiliki barrel—ombak berbentuk terowongan— yang dapat ditemui sepanjang waktu: Hawaii, Haiti, dan Mentawai. Namun, pemerintah daerah seolah-olah tidak berdaya di sana. Resor tumbuh menjamur, tetapi kontribusi mereka kepada ekonomi daerah amat minimal. Mungkin ini merupakan bentuk “protes” mereka kepada pemerintah daerah yang tidak serius membangun prasarana wisata di sana.
      Dengan ribuan “surga yang tersembunyi” itu, pemerintah seharusnya bisa menaikkan jumlah wisatawan asing yang datang ke negeri ini. Tahun lalu, menurut catatan Badan Pusat Statistik, hanya ada 8 juta wisatawan asing yang datang berkunjung ke Indonesia. Jangankan dibandingkan dengan Prancis yang mampu mendatangkan 83 juta turis tahun lalu, jumlah wisatawan asing ke Indonesia masih jauh dari Malaysia, yang menurut United Nations World Tourism Organization kedatangan 25 juta pelancong pada 2012. Ini menempatkan Malaysia pada peringkat ke-10 negara dengan jumlah wisatawan asing terbanyak.
      Indonesia memang surga sekaligus kisah nyata. Di tangan para pemangku kepentingan terletak tanggung jawab merayakannya. 
(sumber : Bahasa Indonesia, Ekspresi Diri dan Akademik)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar