Rabu, 17 Agustus 2011

MOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN

       Setiap orang normal di muka bumi ini menginginkan kesuksesan dalam hidupnya. Hidup sukses digambarkan oleh karier yang bagus, harta melimpah, nama terkenal,  serta setiap usaha yang dilakukan selalu berhasil. Untuk mewujudkannya berbagai upaya dapat dilakukan, dari mencoba berbagai resep hidup sukses yang ada di buku-buku, media massa, bahkan hal-hal berbau klenik, atau petunjuk paranormal. Hidup  sukses seolah-olah idaman setiap orang. Namun demikian, keberhasilan sering tidak berpihak pada semua orang.
       Sebagai seorang guru, kita mempunyai obsesi sukses. Kesuksesan sebagai guru memiliki indikator berbeda dengan profesi lainnya. Sukses seorang guru terlihat dari indikator : berapa prosentase kelulusan siswa dan diterima di perguruan tinggi negeri. Untuk mewujudkannya,berbagai upaya harus dilakukan, seperti les tambahan di sekolah dan bimbingan les di luar sekolah.
       Agar berhasil dalam suatu usaha, minimal ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu : kesempatan, peluang, dan niat. Dari ketiga faktor tersebut, niat (baca : motivasi) memegang peranan penting dalam mewujudkan keberhasilan. Apabila ada kesempatan dan peluang untuk sukses dalam suatu bidang, tetapi tidak diikuti niat untuk memanfaatkannya niscaya akan sia-sia. Akan tetapi, tidak jarang ada orang yang nekad hanya berbekal niat, walaupun tanpa ada kesempatan dan peluang, namun berhasil dalam hidupnya.
       Sejauh mana niat atau motivasi diperlukan dalam mewujudkan obsesi sukses seorang guru di sekolah?
       Setiap anak sebenarnya telah memiliki motivasi sesuai dengan bakat dan minat mereka. Ada anak yang lebih termotivasi bermain game online. Sementara anak yang lain lebih senang menonton televisi. Di pihak lain ada anak yang lebih menyukai kegiatan ekstrakurikuler, seperti bermain sepakbola atau bermain musik daripada mengerjakan pekerjaan sekolah.
      Motivasi merupakan salah satu unsur penting dalam pembelajaran dan komponen pembelajaran yang paling sulit untuk dikukur. Motivasi siswa untuk melakukan upaya-upaya pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas sangat tergantung dari banyak faktor seperti : kepribadian dan kemampuan siswa, karakteristik tugas-tugas di sekolah, stimulus untuk belajar, dan perilaku guru. Dengan demikian, tugas guru bukanlah meningkatkan motivasi siswa untuk belajar, tetapi bagaimana caranya menemukan, menggugah, dan mempertahankan motivasi siswa untuk belajar dan terlibat dalam kegiatan pembelajaran.
       Menurut J.S. Badudu, motivasi adalah niat, dorongan dasar untuk berbuat sesuatu. Sedangkan Baron dan Schunk, mendefinisikan motivasi sebagai suatu proses internal yang mengaktifkan, membimbing, dan mempertahankan perilaku dalam waktu tertentu. Dalam bahasa sederhana, motivasi, motivasi adalah apa yang membuat kita tetap  berbuat dan menentukan ke arah mana kita hendak berbuat.

Teori Maslow dan Motivasi
       Maslow, seorang ahli teori motivasi mempunyai konsep motivasi yang dikaitkan dengan kebutuhan manusia. Ia memnyusun tingkatan kebutuhan manusia seperti sebuah piramida. Jenis kebutuhan manusia dikelompokkan menjadi dua, yaitu : kebutuhan dasar dan kebutuhan tumbuh. Kebutuhan dasar meliputi kebutuhan fisiologi (pangan, sandang, papan), kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan untuk dicintai, dan kebutuhan untuk dihargai. Sedangkan kebutuhan tumbuh meliputi kebutuhan untuk mengetahui, memahami,  kebutuhan akan keindahan, dan kebutuhan aktualisasi diri.
       Menurut Maslow, kebutuhan yang berada pada tingkatan paling bawah harus dipenuhi sebelum seseorang mencoba untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi tingkatannya. Apabila kebutuhan dasar sudah terpenuhi, akan menjadi batu loncatan dalam memenuhi kebutuhan tumbuh.
       Teori Maslow tersebut di atas sangat penting diterapkan dalam pembelajaran di sekolah. Sekolah perlu menyediakan program makan pagi dan makan siang untuk memenuhi kebutuhan dasar siswa. Untuk itu, sekolah harus menyediakan kantin sekolah yang dapat memenuhi kebutuhan siswa sarapan dan makan siang siswa selama siswa di sekolah. Setelah kebutuhan fisiologi terpenuhi, sekolah hendaknya menjadi sebuah tempat yang aman dan penuh kasih sayang serta harga diri siswa.
       Guru hendaknya dapat menciptakan situasi dan kondisi yang berhasil membuat siswa siswa merasa senang di sekolah, merasa diterima, dan dihormati sebagai individu. Rasa aman, nyaman, dan penuh kasih sayang lebih besar peluangnya untuk membantu mereka bersemangat dalam belajar. Siswa yang merasa tidak dicintai, kemungkinan kurang memiliki motivasi untuk berkembang dalam mencari ilmu pengetahuan.
         Dengan terpenuhinya kebutuhan dasar, akan memotivasi siswa untuk mengaktualisasi dirinya. Aktualisasi diri adalah keinginan untuk menjadi apapun yang  seseorang mampu untuk mencapainya, seperti : menjadi pengurus OSIS dan oragisasi sosial di masyarakat. Aktualisasi diri ditandai dengan penerimaan diri dan orang lain, spontanitas, keterbukaan, hubungan dengan orang lain, humoris, dan mandiri.

Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik
       Manakah yang lebih penting, motivasi intrinsik atau ekstrinsik?
       Pada dasarnya kedua motivasi itu sangat bermanfaat dalam pembelajaran. Namun demikian, siswa umumnya memiliki motivasi intrinsik yang rendah. Oleh karena itu, sekolah menerapkan berbagai macam motivasi ekstrinsik berupa ganjaran : mulai dari pujian, nilai, pengakuan, hadiah, atau penghargaan lainnya. Pemberian ganjaran tersebut dilakukan dengan tujuan menarik minat siswa agar tetap terlibat dalam kegiatana pembelajaran.
       Para pakar motivasi menyarankan agar berhati-hati dalam memberikan motivasi ekstrinsik berupa ganjaran materi, terutama untuk tugas-tugas yang menarik secara intrinsik. Lepper (1995), menyimpulkan bahwa menjanjikan ganjaran ekstrinsik untuk suatu kegiatan yang secara intrinsik menarik dapat dapat merusak minat siswa. Ganjaran tersebut membuat siswa siswa mengharapkan suatu  hadiah untuk melakukan apa yang pada mulanya dilakukan untuk tidak menerima sesuatu. Yanag harus dilakukan oleh guru adalaha berupaya membuat segala sesuatu yang mereka ajarkan semenarik mungkin secara intrinsik.
       Namun demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa pemberian motivasi ekstrinsik sering diperlukan untuk meningkatkan motivasi intrinsik siswa, khususnya apabila kegiatann tersebut kurang menarik secara intrinsik. Gaanjaran material berupa hadiah mungkin diperlukan untuk memacu siswa memulai aktivitas belajar. Akan tetapi, ganjaran hendaknya dihapuskan setahap demi setahap saat siswa sudah mulai menikmati aktivitas tersebut dan berhasil menyelesaikannya.
       Para pakar motivasi seperti Kohn (1993) dan Stipek (1993) berpandangan bahwa motivasi intrinsik sangat perlu dalam aktivitas belajar. Pelajaran di kelas seharusnya sejauh mungkin dapat meningkatkan motivasi intrinsik. Hal ini berarti bahwa guru harus berupaya agar siswa-siswanya tertarik dengan materi pelajaran yang dipresentasikan dan mempresentasikan dengan cara yang menarik sehingga memuaskan dan meningkatkan rasa ingin tahu siswa tentang materi pelajaran tersebut.
       Agar berhasil dalam suatu aktivitas, kita harus memiliki motivasi, yaitu niat untuk sukses. Apalagi ditunjang oleh kesempatan baik dan peluang yang bagus. Tunggu apa lagi.
Kuta, 18 Agustus 2011
     


Tidak ada komentar:

Posting Komentar